Sunday, January 15, 2006

JURNAL EROPA : All About Holland (Hari I)

Mon Dec 12, 2005 6:12 pm

Dames en heeren (Bapak2 dan Ibu2... hehe),

Hari I (Jumat)

Debby nih tinggal di kota kecil, Ijmuiden, sekitar 30 menit naik kereta ke barat Amsterdam - berbatasan dengan laut. Nggak jelas berapa banyak warga Ijmuiden, yang jelas jalan-jalan dan trotoar di sini lengang banget. Rasanya aneh (karena biasa di Jakarta atau Bandung yg crowded) tapi asyik juga... tenang gitu.

Mayoritas warga Ijmuiden tinggal di flat. Sisanya tinggal di rumah unit dengan halaman kecil. Untuk flat, rata-rata punya 3 - 4 lantai. Semua bangunan sama - berdinding bata merah. Menurut Debby, para penyewa/pemilik flat dilarang merubah atau menambah/mengurangi bagian luar bangunannya sebelum ada ijin dari pemerintah maupun tetangga sebelahnya. Makanya bangunan di sini seragam semua. Bagusnya, jadi kelihatan teratur. Kurangnya, menurut gw sih pemandangan jadi sama semua dan sedikit membosankan.

Oya, saat ini musim gugur sudah mulai memasuki masa-masa akhirnya. Suhu udara turun terus di Ijmuiden sini. Menurut TV sih kalau siang sekitar 3-4 derajat. Kalau malam bisa 0 atau bahkan minus... Brrr! Pantas gw menggigil terus. Walau gitu salju belum turun (waktu di Indo gw pengen banget lihat salju... sekarang boro2 deh, lihat es buatan di arena skating Amsterdam aja udah ill-feel).

BTW, di dekat flat Debby nih ada (surprise!)... masjid! Letaknya persis di seberang flatnya. Katanya sih milik imigran asal Timur Tengah di Ijmuiden sini, sekaligus tempat kongkow2 warga Muslim di sini selepas kuliah atau kerja. Nggak jauh juga ada SD (gw paling senang lihat lewat jendela anak2 SD sini main di luar pas istirahat, dengan balutan pakaian musim dingin mereka... cute). Di department store terdekat kita bisa mendapatkan (guess what!)... Indomie, segala bumbu masak Indonesia, bahkan kerupuk dari Indo! Udah gitu harga di sini murah2 lagi (dibanding Paris).

Malamnya kita ke Amsterdam untuk eksplor kehidupan malam di sana. Amsterdam nih, menurut guide book gw, terkenal akan kehidupan malamnya. Ada Red Light District yg terkenal itu (di mana "cewek''2 memajangkan dirinya secara terbuka di dalam kamar beretalase kaca) - pokoknya lengkap deh! Ada ras Caucasia, Asia, mungkin Negroid juga (anyway, nggak lihat yg terakhir ini). Kalau mau ''booking'', tinggal pilih, terus masuk aja... katanya sih bayarannya 50 Euro. Menurut Debby (dan guide book), prostitusi dilegalkan di sini oleh pemerintah Belanda.

Sex shop bejibun di sini..! Yah jual barang2 yg unik2lah, dari VCD sampai alat bantu.
Gw iseng2 aja lihat begitu banyak barang di luar imajinasi gw (lagi nimbang2 mau beli apa yg nggak ada di Indo... haha!). Bahkan kita sempat masuk juga ke Sex Museum (everything about it... kayak all about strawberry di Bandung)... yg ''membeberkan'' secara gamblang sejarah, pernak-pernik, etc. ttg ''dunia biologis'' (kesannya malah jadi lucu, bukan gimana gitu). Turis Jepang paling senang masuk ke sini.

Oya, yg nyeleneh di sini... penggunaan mariyuana dan drug diperbolehkan. Asal nggak di jalan umum aja, tapi di dalam ruangan (bar, pub, hotel, etc). Yg aneh, justeru jual beli drugs nggak boleh (nah lho, terus dari mana dapat barang2 itu?). Ada polisi yg mondar-mandir kayak setrika buat patroli jual beli drugs di jalan2 raya di Amsterdam sini. Kalo ketahuan transaksi di jalanan, ya ketangkep.

Belanda memang terkenal dengan kebebasannya. Orang mau jual diri kek (kayak di Red Light District - bahkan mereka dilindungi karena tetap dianggap kerja), mau pake drugs kek, mau kawin sejenis kek (Belanda yg pertama mengakui perkawinan sejenis), mau hidup bersama kek (cewek cowok)... terserah! Tapi juga pemerintah Belanda melindungi kebebasan beragama warganya, buktinya warga imigran punya tempat beribadahnya sendiri2. Bagus2 lagi dan dijamin untuk mempraktikan agamanya tanpa gangguan/ancaman dari orang lain.

Setelah gw ngobrol2 sama Debby, gw baru ngeh nih. Di sini warga diperlakukan seperti ''orang dewasa'', yg sudah tahu mana yang baik dan mana yg tidak baik buat dirinya sendiri. Pemerintah merasa nggak berhak melarang2. Jadi pemerintah nggak punya hak buat masuk ke ruang pribadi warganya. Cuma ya itu, pemerintah nggak ikut campur akan akibatnya. Maksudnya gini... warga diberi kebebasan untuk melakukan apa yg terbaik buat dirinya tapi konsekuensinya mereka sendiri yg dapat. Asal nggak ganggu orang lain atau ketertiban umum aja. Silakan menilai sendiri.

Walau kesannya pemerintah Belanda nggak ikut campur dengan kehidupan pribadi warganya, tapi fasilitas publik di sini sangat diperhatikan. Gw sempat kagum dengan fasilitas publik, terutama jalan raya, dengan kualitasnya yg prima. Menurut guide book, jaringan jalan raya di Belanda termasuk salah satu yg terbaik di dunia dan hal itu gw buktikan sendiri. Jalan2 tol di sini mulus2... gratis lagi. Debby bilang, jalan raya di sini hasil sumbangan pajak warganya. Di sini jelas ke mana2 aja uang hasil pajak warga dipergunakan.

Wah wah... bikin ngiri aja nih. Ya udah... sampai jurnal hari ke-2 di Belanda.

Amor
www.bandungtrails.com

0 Comments:

Post a Comment

<< Home