Sunday, January 15, 2006

JURNAL EROPA : Perancis (Paris)

Fri Dec 9, 2005 6:42 am

Adios, Barcelona... Bienvenue, Paris!

BELAH PERANCIS DARI SELATAN KE UTARA
Sabtu pagi jam 8.25, kereta api Talgo meninggalkan Estacio de Francia di Barcelona menuju Gare de Lyon di Paris. Sempat ganti kereta di kota kecil Perpignan, perbatasan Spanyol dan Perancis, jam 12.30 untuk pindah ke kereta TGV yang melesat cepat seperti peluru... membelah area negara Napoleon ini dari selatan ke utara.

Masih di selatan Perancis, pemandangan kota-kota kecil di pantai khas bergaya Mediterania sangat memukau, dengan burung-burung camar bebas beterbangan dan kapal-kapal pesiar dan nelayan berlabuh di dermaga. Lebih ke utara, pemandangan berubah dengan ladang-ladang hijau dan perumahan petani, berlatar belakang gunung bersalju di kejauhan. Lebih ke utara lagi, pemandangan semakin mempesona dengan ladang-ladang hijau diselingi pedesaan dengan rumah-rumah penduduk dan menara gereja, serta jalan-jalan kecil meliuk-liuk dan pepohonan hutan yang mulai meranggas di akhir musim gugur. Jarang sekali terlihat orang di jalan. Hanya beberapa sapi, kuda, dan domba gemuk terlihat di ladang-ladang.

Setengah jalan menuju Paris, salju mulai terlihat menutupi sejumlah ladang. Hampir sepanjang perjalanan langit mendung dan hujan sempat turun di beberapa tempat.

Pukul 17, kereta memasuki stasiun Gare de Lyon di Paris. Hari sudah gelap namun stasiun ini terlihat masih sibuk. Seorang teman baru, Mickael, putera dari seorang staf sekolah internasional Perancis di Jakarta (LIF), yang sedang studi di Paris, menjemput. Setelah mengantar mencari hostel (akhirnya, setelah bolak-balik naik Metro (kereta bawah tanah)), saya mendapat tempat di Blue Planet, dekat dengan Gare de Lyon). Sepintas, tampak puncak menara Eiffel di kejauhan berbalur cahaya (the moment of truth... sekitar jam 19).

PARIS : METROPOLITAN BERNUANSA PUTIH
Hari Minggu, saya dan Mickael mengeksplor kota cahaya ini. Paris sangat metropolitan dan kosmopolitan. Kota ini cukup besar dan sibuk, dan penuh imigran berwajah Afrika dan Oriental (Asia).

Kami berencana menyusuri Sungai Seine dari ujung satu ke ujung lainnya. Sepanjang sungai ini terdapat banyak bangunan bersejarah yang menceritakan perkembangan Kota Paris. Bahkan area ini masuk daftar World Heritage List UNESCO (seperti Borobudur) yang harus dilindungi. Ada menara Eiffel setinggi 300 m, museum seni Musee du Louvre yg beken itu (dengan lukisan Monalisa-nya), Ile de La Cite (pulau di tengah Sungai Seine) dengan Notre Dame yang menjadi latar belakang cerita Si Bongkok dari Notre Dame-nya... yah, hanya menyebut 3 dari sekian banyak bangunan tua, antik dan bersejarah di sini. Sorenya kami juga menyempatkan ke Montmarte, ''kampung'' seni Perancis di atas bukit di utara Paris dengan gereja Sacre Coeur yang juga beken itu.

Esoknya, karena Mickael harus kuliah, saya berjalan sendiri dan menyempatkan ke Arc de Triomph, semacam monumen pahlawan Perancis, dan menyusuri Champs Elysees, semacam tree-lined boulevard. Ah, Paris... romantis dan elegannya dikau di musim gugur, ketika daun-daun menguning dan berguguran.

Dengan pemandangan yang disuguhkan sepanjang Sungai Seine, tingginya biaya hidup di kota ini sempat tidak terasa dan cukup menguras isi dompet. Hari Selasa adalah hari terakhir menyusuri kota ini, sebelum ke Strasbourg esoknya (but that's another story)...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home