Sunday, January 15, 2006

JURNAL EROPA : Perancis (Strasbourg)

Fri Dec 9, 2005 7:02 am

STRASBOURG - KOTA PERANCIS BERNUANSA JERMAN

Strasbourg sudah masuk dalam daftar kunjungan ''wajib'' ketika masih di Indonesia. Akhirnya, dengan tekad bulat dan kedinginan, bangunlah saya di Rabu pagi sekitar jam 6 (masih gelap gulita karena ''pagi'' baru dimulai jam 8) dan bergegas ke stasiun kereta Gare de L'Est naik kereta menuju Strasbourg.

Perjalanan selama lebih kurang 4 jam itu akhirnya berakhir sekitar pukul 12.30. Strasbourg, letaknya lebih dekat ke perbatasan Perancis dan Jerman daripada ke kota lain di Perancis. Namanya sendiri berbau Jerman. Konon kota ini, kalau tidak salah, berhasil direbut Perancis sekitar abad-abad 17 atau 18.

Kota ini masuk dalam daftar World Heritage List UNESCO karena merupakan salah satu kota contoh baik peninggalan dari Abad Pertengahan (Medieval Age, abad 11-15 M) di Eropa. Kota tuanya sendiri dibangun di atas pulau kecil yang dikelilingi sungai. Hampir semua bangunan di kota tua merupakan peninggalan dari Abad Pertengahan, yang berciri khas bangunan-bangunan tiga sampai empat lantai berornamen kayu (seperti bangunan gaya Tudor di Inggris). Walau tua, bangunan2 itu masih terawat dan berfungsi, seperti sebagai restoran, toko, dlsb. Hal inilah yang menjadikannya kota wisata.

Ketika berkunjung siang itu, banyak sekali wisatawan, termasuk beberapa rombongan anak sekolah yang tampaknya sedang melakukan ''walking tour'' dengan guru atau guide... entahlah. Keramaian juga terlihat dengan pasar kaget, dengan aneka jajanan khas Strasbourg dan souvenir, serta dekorasi lampu menjelang natal. Rasanya seperti berada di dalam cerita-cerita kuno Hans Christian Andersen. Sungguh, berada di Strasbourg tidak seperti berada di Perancis, tetapi terasa sangat kental nuansa Jerman, atau Swiss, atau Denmark (perasaan saja, karena belum pernah ke sana, baru lihat foto2nya saja).

Setelah jepret sana-sini, sekaligus sebagai bahan tulisan artikel setiba di tanah air nanti, saya bergegas menuju stasiun kereta api mengejar kereta jam 17.23. Angin mulai bertiup dan udara terasa semakin dingin, walau badan ini sudah dibalut kaus dalam, sweater, jaket, dan jaket luar.

Kereta mulai berangkat dalam gelap, kembali ke Paris. Saya harus segera istirahat malam itu, sebelum melanjutkan perjalanan (dengan kereta api juga), meninggalkan Paris menuju Negeri Belanda keesokan harinya.

Au revoir, France...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home